BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
“WHOLE LANGUAGE APPROACH”
LECTURER :DESI SRI ASTUTI, M.Pd
BY:
RAHMAT AGUS PRAYITNO 521200023
TRI TAQDIR RIYANTO 521200089
B MORNING
5TH SEMESTER
ENGLISH
EDUCATION STUDY PROGRAM
INSTITUT
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PERSATUAN
GURU REPUBLIK INDONESIA
(IKIP-PGRI)
PONTIANAK
2014
KATA
PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Swt, yang
senantiasa melimpahkan Rahmat dan hidayah-Nya kepada kami hingga dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu yang direncanakan. Shalawat dan
salam semoga selalu tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, kepada
keluarganya, para sahabatnya, serta para pengikutnya hingga akhir zaman.
Makalah ini berjudul
“Whole Language Approach ” Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas
mata kuliah Belajar dan Pembelajaran.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu tegur sapa dari para pembaca yang sifatnya kritik membangun
akan penulis terima demi perbaikan makalah selanjutnya. Kami berharap
mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi semua orang khususnya bagi para
pendidik.
Pontianak, 18 september
2014
Penulis
DAFTAR ISI
Hal
KATA PENGANTAR..................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN.............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................ 3
A. Pengertian Whole Language Approach................................................ 3
B. Ciri-ciri Whole Language Approach..................................................... 4
C. Tujuan dalam proses
pembelajaran............................................ 5
D. Langkah-langkah Whole language
approach........................................ 5
E. Pendekatan Whole
language Approach dalam proses pembelajaran.... 6
F. Contoh.................................................................................................. 7
BAB III PENUTUP......................................................................................... 10
A. Kesimpulan........................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 11
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Pendekatan adalah seperangkat asumsi
yang saling berkaitan.Pendekatan pembelajaran adalah seperangkat asumsi
yang saling berkaitan, berhubungan dengan sifat bahasa dan pembelajaran
bahasa (Zuchdi dan Budiasih, 1997: 29). Dengan kata lain, pendekatan
pengajaran bahasa bersifat aksiomatis tentang bahasa yaang digunakansebagai
landasan berpikir dalam menentukan metode, teknik, atau prosedur
mengajarkan bahasa sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.Metode
pembelajaran bahasa adalah rencana pembelajaran bahasa, yangmencakup pemilihan,
penentuan, dan penyusunan, bahan ajar secara sistematis,dimaksudkan agar bahan
ajar tersebut mudah diserap dan dikuasai oleh siswa ( Zuchdidan Budiasih, 1997:
30). Sedangkan teknik pembelajaran bahasa adalah cara atau siasatguru dalam
menyampaikan bahan ajar didepan kelas.Fungsi pendekatan bagi suatu pengajaran
ialah sebagai pedoman umum untuk langkah-langkah metode dan teknik
pengajaranyang akan digunakan. Bahkan tidak jarangnama metode dan teknik yang
digunakan diambil dari nama pendekatannya. Bila prinsip pendekatan lahir
dari teori-teori bidang-bidang yang relevan, maka pendekatan lahir dariasumsi
terhadap bidang-bidang yang relevan.Asumsi yang berbeda akan menimbulkan
pendekatan yang berbeda. Dariasumsi-asumsi pandangan behaviorisme misalnya,
maka muncul pendekatan srtuktural.Demikian pula dari asumsi-asumsi humanisme
lahir pendekatan komunikatif.Penggunaan pendekatan dalam pengajaran bahasa
menentukan :
1.
Cara
pandang seseorang dalam menyikapi bahasa sebagai materi pelajaran,
2.
Isi
pembelajaran,(3)
3.
Teknik
dan proses pembelajaran, serta
4.
Perencanaan
dan pelaksanaan program pengajaran.
B. Rumusan
Masalah
1. Bagaimanakah hakikat PendekatanWhole
Language dalam pembelajaran bahasa?
2. Bagaimanakah hakikat Pendekatan Terpadu
dalam pembelajaran bahasa?
3. Bagaimanakah hakikat Pendekatan
Komunikatif dalam pembelajaran bahasa?
BAB 2
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Whole Language Approach
Whole language adalah suatu
pendekatan pembelajaran bahasa yang menyajikan pembelajaran bahasa secara
utuh atau tidak terpisah-pisah. (Edelsky, 1991; Froese, 1990; Goodman, 1986;
Weafer, 1992, dalam Santosa, 2004). Para ahli whole
language berkeyakinan bahwa bahasa merupakan satu kesatuan (whole) yang
tidak dapat dipisah-pisah (Rigg, 1991). Oleh karena itu, pengajaran
keterampilan berbahasa dan komponen bahasa seperti tata bahasa dan kosakata
disajikan secara utuh bermakna dan dalam situasi nyata atau otentik.Pengajaran
tentang penggunaan tanda baca, umpamanya, diajarkan sehubungan dengan
pembelajaran keterampilan menulis.Demikian juga pembelajaran membaca dapat
diajarkan bersamaan dengan pembelajaran berbicara, pembelajaran sastra dapat
disajikan bersamaan dengan pembelajaran membaca dan menulis ataupun berbicara.
Selain itu, dalam pendekatan whole language , pembelajaran bahasa
dapat juga disajikan sekaligus dengan materi pelajaran lain, umpamanya
bahasa-matematika, bahasa-IPS, bahasa-sains, bahasa-agama. Pendekatan
whole language didasari oleh paham konstruktivisme yang menyatakan bahwa anak
membentuk sendiri pengetahuannya melalui peran aktifnya dalam belajar secara
utuh (whole ) dan terpadu (integrated ) (Robert dalam Santosa, 2004:2.3). Anak
termotivasi untuk belajar jika mereka melihat bahwa yang dipelajarinya memang
bermakna bagi mereka. Orang dewasa, dalam hal ini guru, berkewajiban untuk
menyediakan lingkungan yang Metodologi Pembelajaran menunjang untuk siswa
agar mereka dapat belajar dengan baik. Fungsi guru dalam kelas whole language
berubah dari fungsi desiminator informasi menjadi fasilitator (Lamme &
Hysmith, 1993).
B.
Ciri-ciri Whole Language Approach
Ada tujuh
ciri yang menandakan kelas Whole Language.
1.
kelas yang menerapkan Whole Language penuh dengan
barang cetakan. Barang-barang tersebut tergantung di dinding, pintu, dan
furniture. Label yang dibuat siswa ditempel pada meja, kabinet, dan sudut
belajar. Poster hasil kerja siswa menghiasi dinding dan bulletin board. Karya
tulis siswa dan chart yang dibuat siswa menggantikan bulletin board yang dibuat
guru. Salah satu sudut kelas diubah menjadi perpustakaan yang dilengkapi
berbagai jenis buku.
2.
di kelas Whole Language siswa belajar melalui model
atau contoh. Guru dan siswa bersama-sama melakukan kegiatan membaca, menulis,
menyimak, dan berbicara. Over Head Projector (OHP) dan transparansi digunakan
untuk memperagakan proses menulis. Siswa mendengarkan cerita melalui tape
recorder untuk mendapatkan contoh membaca yang benar.
3.
di kelas Whole Language siswa bekerja dan belajar
sesuai dengan tingkat kemampuannya. Agar siswa dapat belajar sesuai dengan
tingkat perkembangannya maka di kelas tersedia buku dan materi yang menunjang.
4.
dikelas Whole Language siswa berbagi tanggung jawab
dalam pembelajaran. Peran guru di kelas Whole Language lebih sebagai
fasilitator dan siswa mengambil alih beberapa tanggung jawab yang
biasanya dilakukan guru. Siswa membuat kumpulan kata (words banks), melakukan
brainstorming dan mengumpulkan fakta. Pekerjaan siswa ditulis pada chart dan
terpampang di seluruh ruangan. Siswa menjaga kebersihan dan kerapian kelas.
5.
di kelas Whole Language siswa terlibat secara aktif
dalam pembelajaran bermakna. Siswa secara aktif terlibat dalam kegiatan
pembelajaran yang membantu mengembangkan rasa tanggung jawab dan tidak
tergantung. Siswa terlibat dalam kegiatan kelompok kecil atau keinginan
individual.
6.
di kelas Whole Language siswa berani mengambil resiko
dan bebas bereksperimen. Guru di kelas Whole Language menyediakan kegiatan
belajar dalam berbagai tingkat kemampuan sehingga semua siswa dapat berhasil.
Hasil tulisan siswa dipajang tanpa ada tanda koreksi. Contoh hasil kerja setiap
siswa terpampang di seputar ruang kelas.
7.
di kelas Whole Language siswa mendapat balikan
(feedback) positif baik dari guru maupun temannya. Ciri kelas Whole Language,
bahwa pemberian feedback dilakukan dengan segera. Meja ditata berkelompok agar
memungkinkan siswa berdiskusi, berkolaborasi, dan melakukan konferensi.
Konferensi antara guru dan siswa memberi kesempatan pada siswa untuk melakukan
penilaian diri dan melihat perkembangan diri. Siswa yang mempresentasikan hasil
tulisannya mendapatkan respons positif dari temannya. Hal ini dapat
membangkitkan rasa percaya diri.
C.
Tujuan Whole Language Approach dalam proses
pembelajaran
Penerapan
pendekatan Whole Language membantu siswa untuk terlibat dalam interaksi secara
aktif selama proses pembelajaran, senang mencoba, dan praktik berbahasa tanpa
takut kritikan serta mengembangkan keterampilan berbahasa secara menyeluruh.
Guru hendaknya menyiapkan materi, metode, teknik, sarana dalam pembelajaran
bahasa Indonesia yang komprehensif sehingga pendekatan Whole Language yang
diterapkan dapat membantu siswa mencapai hasil belajar secara optimal dan
memiliki tanggapan yang positif terhadap pelajaran bahasa Indonesia.
D.
Langkah-Langkah whole Language Approach
1.
persiapan media dan lokasi mengajar,
guru dibantu siswa menyiapkan lokasi belajar,
2.
teknik bercerita, guru menyampaikan
materi kepada siswa dengan cara bercerita,
3.
anak diberikan kebebasan melakukan
aktivitas, guru member kebebasan kepada siswa untuk beraktivitas dengan arahan
yang tepat,
4.
menggunakan multimedia, guru menggunakan
multimedia sebagai alat bantu mengajar,
5.
melibatkan berbagai indera, guru
mengkondisikan siswa untuk melibatkan berbagai indera dalam pembelajaran,
6.
proses dikaitkan dengan empat
keterampilan berbahasa dan empat aspek kebahasaan,
7.
multi fungsi, selama menyampaikan materi
guru juga mengevaluasi kemampuan berbahasa siswa,
8.
dikaitkan dengan pengalaman/ lingkungan,
9.
evaluasi menyeluruh (mendengarkan/
menyimak, berbicara, membaca, menulis),
10.
penutup, guru mengakhiri pembelajaran
disertai dengan pemberian tugas yang berhubungan dengan komponen whole
language
E.
Pendekatan Whole language Approach dalam proses
pembelajaran
Pendekatan whole
language (diambil dari Suratinah; 2003:2.1) merupakan salah satu pendekatan
pembelajaran bahasa yang mulai diperkenalkan di Indonesia.Keampuhan pendekatan
ini telah banyak dibuktikan oleh beberapa negara yang menggunakannya.Anda perlu
memahami pendekatan ini dengan baik agar dapat menerapkannya di kelas. Untuk
itu dalam subunit ini akan diuraikan tentang pendekatan whole language sehingga
pada akhir subunit ini Anda akan dapat menje-laskan konsep pendekatan whole
language dan kemudian menerapkan pendekatan tersebut dalam pembelajaran
bahasa dan sastra Indonesia.
F. Contoh
1. Reading Aloud (membaca bersuara)
Reading aloud adalah kegiatan membaca yang
dilakukan oleh guru untuk siswanya. Guru dapat menggunakan bacaan yang terdapat
dalam buku teks atau buku cerita. Guru membacakan cerita dengan suara nyaring
dan intonasi yang baik sehingga setiap siswa dapat mendengarkan dan menikmati
ceritanya. Kegiatan ini akan sangat bermakna terutama jika diterapkan dikelas
rendah. Di sisi lain, dengan pembelajaran reading aloud, guru dapat memberikan
contoh membaca yang baik pada siswanya. Pada kelas yang pembelajarannya
menerapkan whole language, reading aloud dapat dilakukan setiap hari saat
memulai pembelajaran. Guru hanya menggunakan beberapa menit saja (10 menit)
untuk membacakan cerita. Kegiatan ini juga dapat membantu guru untuk memotivasi
siswa memasuki suasana belajar.
2. Jurnal Writing
Journal writing atau menulis jurnal merupakan
sarana yang aman bagi siswa untuk mengungkapkan perasaannya, menceritakan
kejadian di sekitanya, mengutarakan hasil belajarnya, dan menggunakan bahasa
dalam bentuk tulisan. Pada dasarnya anak-anak dari berbagai macam latar
belakang memiliki banyak cerita. Namun, umumnya mereka tidak sadar bahwa mereka
mempunyai cerita yang menarik untuk diungkapkan. Tugas guru adalah
mendorong siswa agar mau mengungkapkan cerita yang dimilikinya. Menulis jurnal
bukanlah tugas yang harus dinilai, tetapi guru berkewajiban untuk membaca
jurnal yang ditulis anak dan memberikan komentar atau respon terhadap cerita
tersebut sehingga ada dialog antara guru dan siswa.
3. SSR (Sustained Silent Reading)
Sustained Silent Reading (SSR). SSR adalah
kegiatan membaca dalam hati yang dilakukan oleh siswa. Dalam kegiatan ini siswa
diberi kesempatan untuk memilih sendiri buku atau materi yang akan dibacanya.
Biarkan siswa memilih bacaan yang sesuai dengan kemampuannya sehingga mereka
dapat menyelesaikan membaca bacaan tersebut. Oleh karena itu, guru sedapat
mungkin menyediakan bahan bacaan yang menarik dari berbagai buku atau sumber
sehingga memungkinkan siswa memilih materi bacaan. Guru dapat memberikan contoh
sikap membaca dalam hati yang baik sehingga mereka dapat meningkatkan kemampuan
membaca dalam hati untuk waktu yang cukup lama.
4. Shared Reading
Shared reading ini adalah kegiatan membaca
bersama antara guru dan siswa, di mana setiap orang mempunyai buku yang sedang
dibacanya. Kegiatan ini dapat dilakukan baik di kelas rendah maupun di kelas
tinggi.
5. Guided Reading
Guided reading tidak seperti
pada shared reading, guru lebih berperan sebagai model dalam membaca.
Dalam guided reading atau disebut juga membaca terbimbing guru menjadi pengamat
dan fasilitator. Dalam membaca terbimbing penekanannya bukan dalam cara membaca
itu sendiri, melainkan lebih pada membaca pemahaman. Dalam guided reading semua
siswa membaca dan mendiskusikan buku yang sama. Guru melemparkan pertanyaan
yang meminta siswa menjawab dengan kritis, bukan sekadar pertanyaan pemahaman.
Kegiatan ini merupakan kegiatan membaca yang penting dilakukan dikelas.
6. Guided Writing
Guided writing atau menulis terbimbing. Seperti
dalam membaca terbimbing, dalam menulis terbimbing peran guru adalah sebagai
fasilitator, yaitu membantu siswa menemukan hal yang ingin ditulisnya dengan
jelas, sistematis, dan menarik. Guru bertindak sebagai pendorong bukan
pengatur, sebagai pemberi saran bukan pemberi petunjuk. Dalam kegiatan ini
proses writing dalam memilih topik, membuat draf, memperbaiki, dan mengedit
dilakukan sendiri oleh siswa.
7. Independent Reading
Independent reading atau membaca bebas adalah
kegiatan membaca yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk menentukan
sendiri materi yang ingin dibacanya. Membaca bebas merupakan bagian integral
dari whole language. Dalam independent reading siswa bertanggung jawab terhadap
bacaan yang dipilihnya sehingga peran guru pun berubah dari seorang pemrakarsa,
model, dan pemberi tuntunan menjadi seorang pengamat, fasilitator, dan pemberi
respon.
8. Independent writing
Independent writing atau menulis bebas bertujuan
untuk meningkatkan kemampuan menulis, meningkatkan kebiasaan menulis, dan
meningkatkan kemampuan berpikir kritis dalam menulis. Dalam menulis bebas siswa
mempunyai kesempatan untuk menulis tanpa ada interfensi dari guru. Siswa
bertanggung jawab sepenuhnya dalam proses menulis. Jenis menulis yang termasuk
dalam independent writing antara lain menulis jurnal, dan menulis respon. Jika
akan menerapkan pendekatan ini, Anda mulailah perlahan-lahan. Jangan mencoba
menerapkan semua komponen sekaligus karena akan membingungkan siswa. Cobalah
dengan satu komponen dulu dan perhatikan hasilnya. Jika siswa telah terbiasa
menggunakan komponen tersebut, baru kemudian dicoba diterapkan komponen yang
lain.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penerapan pendekatan
whole language dapat meningkatkan kualitas proses Pembelajaran antara lain dengan meningkatnya Jumlah siswa
yang aktif dalam kegiatan apersepsi maupun dalam kegiatan pembelajaran; Jumlah siswa yang mampu berinisiatif dalam
menyelesaikan tugas yang diberikan guru;
Jumlah siswa yang sudah mampu bekerja sama dan kompak dalam kelompok.
Keterampilan guru dalam mengelola kelas.
DAFTAR
PUSTAKA
Goodman. (1991).
Organizing for whole language.Purtsmouth NH Heinemann
Alwasilah, A.
Chaedar dan Furqanul Aziz.(1994). Pengajaran bahasa
komunikatif,
teoridan praktek.Bandung:
Remaja RosdaKarya
Ling,
P. (2012). The “Whole Language” Theory and Its Application to the Teaching
of English Reading.English Language Teaching, 5 (3), 147-152. Diperoleh
11 Januari 2013 dari http://www.ccsenet.org/journal/index.php/elt/article/download/15274/10338.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar