Rabu, 29 April 2015

MAKALAH BELAJAR DAN PEMBELAJARAN “WHOLE LANGUAGE APPROACH”

BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
“WHOLE LANGUAGE APPROACH”
LECTURER :DESI SRI ASTUTI, M.Pd
BY:
RAHMAT AGUS PRAYITNO      521200023
TRI TAQDIR RIYANTO               521200089
B MORNING
5TH SEMESTER

IK.png
ENGLISH EDUCATION STUDY PROGRAM
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
(IKIP-PGRI) PONTIANAK
2014





KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Swt, yang senantiasa melimpahkan Rahmat dan hidayah-Nya kepada kami hingga dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu yang direncanakan. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, kepada keluarganya, para sahabatnya, serta para pengikutnya hingga akhir zaman.
Makalah  ini berjudul “Whole Language Approach ” Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Belajar dan Pembelajaran.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu tegur sapa dari para pembaca yang sifatnya kritik membangun akan penulis terima demi perbaikan makalah selanjutnya. Kami berharap mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi semua orang khususnya bagi para pendidik.

Pontianak, 18 september  2014

Penulis


DAFTAR ISI
Hal
KATA PENGANTAR.....................................................................................       i
DAFTAR ISI....................................................................................................       ii
BAB 1 PENDAHULUAN..............................................................................       1
A.    Latar Belakang Masalah.......................................................................       1
B.     Rumusan Masalah.................................................................................       2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................       3
A.    Pengertian Whole Language Approach................................................       3
B.     Ciri-ciri Whole Language Approach.....................................................       4
C.     Tujuan dalam proses pembelajaran............................................       5
D.    Langkah-langkah Whole language approach........................................       5
E.     Pendekatan Whole language Approach dalam proses pembelajaran....       6
F.      Contoh..................................................................................................       7
BAB III PENUTUP.........................................................................................      10
A.    Kesimpulan...........................................................................................      10
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................      11






BAB 1
PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang
Pendekatan adalah seperangkat asumsi yang saling berkaitan.Pendekatan pembelajaran adalah seperangkat asumsi yang saling berkaitan, berhubungan dengan sifat bahasa dan pembelajaran bahasa (Zuchdi dan Budiasih, 1997: 29). Dengan kata lain, pendekatan pengajaran bahasa bersifat aksiomatis tentang bahasa yaang digunakansebagai landasan berpikir dalam menentukan metode, teknik, atau prosedur mengajarkan bahasa sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.Metode pembelajaran bahasa adalah rencana pembelajaran bahasa, yangmencakup pemilihan, penentuan, dan penyusunan, bahan ajar secara sistematis,dimaksudkan agar bahan ajar tersebut mudah diserap dan dikuasai oleh siswa ( Zuchdidan Budiasih, 1997: 30). Sedangkan teknik pembelajaran bahasa adalah cara atau siasatguru dalam menyampaikan bahan ajar didepan kelas.Fungsi pendekatan bagi suatu pengajaran ialah sebagai pedoman umum untuk langkah-langkah metode dan teknik pengajaranyang akan digunakan. Bahkan tidak jarangnama metode dan teknik yang digunakan diambil dari nama pendekatannya. Bila prinsip pendekatan lahir dari teori-teori bidang-bidang yang relevan, maka pendekatan lahir dariasumsi terhadap bidang-bidang yang relevan.Asumsi yang berbeda akan menimbulkan pendekatan yang berbeda. Dariasumsi-asumsi pandangan behaviorisme misalnya, maka muncul pendekatan srtuktural.Demikian pula dari asumsi-asumsi humanisme lahir pendekatan komunikatif.Penggunaan pendekatan dalam pengajaran bahasa menentukan :
1.      Cara pandang seseorang dalam menyikapi bahasa sebagai materi pelajaran,
2.      Isi pembelajaran,(3)
3.      Teknik dan proses pembelajaran, serta
4.      Perencanaan dan pelaksanaan program pengajaran.



B.   Rumusan Masalah
1.     Bagaimanakah hakikat PendekatanWhole Language dalam pembelajaran bahasa?
2.     Bagaimanakah hakikat Pendekatan Terpadu dalam pembelajaran bahasa? 
3.      Bagaimanakah hakikat Pendekatan Komunikatif dalam pembelajaran bahasa?



BAB 2
PEMBAHASAN
A.   Pengertian Whole Language Approach
Whole language  adalah suatu pendekatan pembelajaran bahasa  yang menyajikan pembelajaran bahasa secara utuh atau tidak terpisah-pisah. (Edelsky, 1991; Froese, 1990; Goodman, 1986; Weafer, 1992, dalam Santosa, 2004). Para ahli  whole language berkeyakinan bahwa bahasa merupakan satu kesatuan (whole) yang tidak dapat dipisah-pisah (Rigg, 1991). Oleh karena itu, pengajaran keterampilan berbahasa dan komponen bahasa seperti tata bahasa dan kosakata disajikan secara utuh bermakna dan dalam situasi nyata atau otentik.Pengajaran tentang penggunaan tanda baca, umpamanya, diajarkan sehubungan dengan pembelajaran keterampilan menulis.Demikian juga pembelajaran membaca dapat diajarkan bersamaan dengan pembelajaran berbicara, pembelajaran sastra dapat disajikan bersamaan dengan pembelajaran membaca dan menulis ataupun berbicara. Selain itu, dalam pendekatan whole language ,  pembelajaran bahasa dapat juga disajikan sekaligus dengan materi pelajaran lain, umpamanya bahasa-matematika, bahasa-IPS, bahasa-sains, bahasa-agama.  Pendekatan whole language didasari oleh paham konstruktivisme yang menyatakan bahwa anak membentuk sendiri pengetahuannya melalui peran aktifnya dalam belajar secara utuh (whole ) dan terpadu (integrated ) (Robert dalam Santosa, 2004:2.3). Anak termotivasi untuk belajar jika mereka melihat bahwa yang dipelajarinya memang bermakna bagi mereka. Orang dewasa, dalam hal ini guru, berkewajiban untuk menyediakan lingkungan yang Metodologi Pembelajaran  menunjang untuk siswa agar mereka dapat belajar dengan baik. Fungsi guru dalam kelas whole language berubah dari fungsi desiminator informasi menjadi fasilitator (Lamme & Hysmith, 1993).



B.   Ciri-ciri Whole Language Approach
Ada tujuh ciri yang menandakan kelas Whole Language.
1.      kelas yang menerapkan Whole Language penuh dengan barang cetakan. Barang-barang tersebut tergantung di dinding, pintu, dan furniture. Label yang dibuat siswa ditempel pada meja, kabinet, dan sudut belajar. Poster hasil kerja siswa menghiasi dinding dan bulletin board. Karya tulis siswa dan chart yang dibuat siswa menggantikan bulletin board yang dibuat guru. Salah satu sudut kelas diubah menjadi perpustakaan yang dilengkapi berbagai jenis buku.
2.      di kelas Whole Language siswa belajar melalui model atau contoh. Guru dan siswa bersama-sama melakukan kegiatan membaca, menulis, menyimak, dan berbicara. Over Head Projector (OHP) dan transparansi digunakan untuk memperagakan proses menulis. Siswa mendengarkan cerita melalui tape recorder untuk mendapatkan contoh membaca yang benar.
3.      di kelas Whole Language siswa bekerja dan belajar sesuai dengan tingkat kemampuannya. Agar siswa dapat belajar sesuai dengan tingkat perkembangannya maka di kelas tersedia buku dan materi yang menunjang.
4.      dikelas Whole Language siswa berbagi tanggung jawab dalam pembelajaran. Peran guru di kelas Whole Language lebih sebagai fasilitator dan siswa mengambil alih beberapa tanggung jawab  yang biasanya dilakukan guru. Siswa membuat kumpulan kata (words banks), melakukan brainstorming dan mengumpulkan fakta. Pekerjaan siswa ditulis pada chart dan terpampang di seluruh ruangan. Siswa menjaga kebersihan dan kerapian kelas.
5.      di kelas Whole Language siswa terlibat secara aktif dalam pembelajaran bermakna. Siswa secara aktif terlibat dalam kegiatan pembelajaran yang membantu mengembangkan rasa tanggung jawab dan tidak tergantung. Siswa terlibat dalam kegiatan kelompok kecil atau keinginan individual.
6.      di kelas Whole Language siswa berani mengambil resiko dan bebas bereksperimen. Guru di kelas Whole Language menyediakan kegiatan belajar dalam berbagai tingkat kemampuan sehingga semua siswa dapat berhasil. Hasil tulisan siswa dipajang tanpa ada tanda koreksi. Contoh hasil kerja setiap siswa terpampang di seputar ruang kelas.
7.      di kelas Whole Language siswa mendapat balikan (feedback) positif baik dari guru maupun temannya. Ciri kelas Whole Language, bahwa pemberian feedback dilakukan dengan segera. Meja ditata berkelompok agar memungkinkan siswa berdiskusi, berkolaborasi, dan melakukan konferensi. Konferensi antara guru dan siswa memberi kesempatan pada siswa untuk melakukan penilaian diri dan melihat perkembangan diri. Siswa yang mempresentasikan hasil tulisannya mendapatkan respons positif dari temannya. Hal ini dapat membangkitkan rasa percaya diri.

C.   Tujuan Whole Language Approach dalam proses pembelajaran
Penerapan pendekatan Whole Language membantu siswa untuk terlibat dalam interaksi secara aktif selama proses pembelajaran, senang mencoba, dan praktik berbahasa tanpa takut kritikan serta mengembangkan keterampilan berbahasa secara menyeluruh. Guru hendaknya menyiapkan materi, metode, teknik, sarana dalam pembelajaran bahasa Indonesia yang komprehensif sehingga pendekatan Whole Language yang diterapkan dapat membantu siswa mencapai hasil belajar secara optimal dan memiliki tanggapan yang positif terhadap pelajaran bahasa Indonesia.

D.   Langkah-Langkah whole Language Approach
1.       persiapan media dan lokasi mengajar, guru dibantu siswa menyiapkan lokasi belajar,
2.       teknik bercerita, guru menyampaikan materi kepada siswa dengan cara bercerita,
3.       anak diberikan kebebasan melakukan aktivitas, guru member kebebasan kepada siswa untuk beraktivitas dengan arahan yang tepat,
4.       menggunakan multimedia, guru menggunakan multimedia sebagai alat bantu mengajar,
5.       melibatkan berbagai indera, guru mengkondisikan siswa untuk melibatkan berbagai indera dalam pembelajaran,
6.       proses dikaitkan dengan empat keterampilan berbahasa dan empat aspek kebahasaan,
7.       multi fungsi, selama menyampaikan materi guru juga mengevaluasi kemampuan berbahasa siswa,
8.       dikaitkan dengan pengalaman/ lingkungan,
9.       evaluasi menyeluruh (mendengarkan/ menyimak, berbicara, membaca, menulis),
10.   penutup, guru mengakhiri pembelajaran disertai dengan pemberian tugas yang berhubungan dengan komponen whole language

E.    Pendekatan Whole language Approach dalam proses pembelajaran
Pendekatan whole language (diambil dari Suratinah; 2003:2.1) merupakan salah satu pendekatan pembelajaran bahasa yang mulai diperkenalkan di Indonesia.Keampuhan pendekatan ini telah banyak dibuktikan oleh beberapa negara yang menggunakannya.Anda perlu memahami pendekatan ini dengan baik agar dapat menerapkannya di kelas. Untuk itu dalam subunit ini akan diuraikan tentang pendekatan whole language sehingga pada akhir subunit ini Anda akan dapat menje-laskan konsep pendekatan whole language dan kemudian menerapkan pendekatan tersebut dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia.



F.   Contoh
1.     Reading Aloud (membaca bersuara)
Reading aloud adalah kegiatan membaca yang dilakukan oleh guru untuk siswanya. Guru dapat menggunakan bacaan yang terdapat dalam buku teks atau buku cerita. Guru membacakan cerita dengan suara nyaring dan intonasi yang baik sehingga setiap siswa dapat mendengarkan dan menikmati ceritanya. Kegiatan ini akan sangat bermakna terutama jika diterapkan dikelas rendah. Di sisi lain, dengan pembelajaran reading aloud, guru dapat memberikan contoh membaca yang baik pada siswanya. Pada kelas yang pembelajarannya menerapkan whole language, reading aloud dapat dilakukan setiap hari saat memulai pembelajaran. Guru hanya menggunakan beberapa menit saja (10 menit) untuk membacakan cerita. Kegiatan ini juga dapat membantu guru untuk memotivasi siswa memasuki suasana belajar.
2.     Jurnal Writing
Journal writing atau menulis jurnal merupakan sarana yang aman bagi siswa untuk mengungkapkan perasaannya, menceritakan kejadian di sekitanya, mengutarakan hasil belajarnya, dan menggunakan bahasa dalam bentuk tulisan. Pada dasarnya anak-anak dari berbagai macam latar belakang memiliki banyak cerita. Namun, umumnya mereka tidak sadar bahwa mereka mempunyai cerita yang menarik untuk diungkapkan. Tugas guru adalah mendorong siswa agar mau mengungkapkan cerita yang dimilikinya. Menulis jurnal bukanlah tugas yang harus dinilai, tetapi guru berkewajiban untuk membaca jurnal yang ditulis anak dan memberikan komentar atau respon terhadap cerita tersebut sehingga ada dialog antara guru dan siswa.
3.     SSR (Sustained Silent Reading)
Sustained Silent Reading (SSR). SSR adalah kegiatan membaca dalam hati yang dilakukan oleh siswa. Dalam kegiatan ini siswa diberi kesempatan untuk memilih sendiri buku atau materi yang akan dibacanya. Biarkan siswa memilih bacaan yang sesuai dengan kemampuannya sehingga mereka dapat menyelesaikan membaca bacaan tersebut. Oleh karena itu, guru sedapat mungkin menyediakan bahan bacaan yang menarik dari berbagai buku atau sumber sehingga memungkinkan siswa memilih materi bacaan. Guru dapat memberikan contoh sikap membaca dalam hati yang baik sehingga mereka dapat meningkatkan kemampuan membaca dalam hati untuk waktu yang cukup lama.
4.     Shared Reading
Shared reading ini adalah kegiatan membaca bersama antara guru dan siswa, di mana setiap orang mempunyai buku yang sedang dibacanya. Kegiatan ini dapat dilakukan baik di kelas rendah maupun di kelas tinggi.
5.     Guided Reading
Guided reading tidak seperti pada shared reading, guru lebih berperan sebagai model dalam membaca. Dalam guided reading atau disebut juga membaca terbimbing guru menjadi pengamat dan fasilitator. Dalam membaca terbimbing penekanannya bukan dalam cara membaca itu sendiri, melainkan lebih pada membaca pemahaman. Dalam guided reading semua siswa membaca dan mendiskusikan buku yang sama. Guru melemparkan pertanyaan yang meminta siswa menjawab dengan kritis, bukan sekadar pertanyaan pemahaman. Kegiatan ini merupakan kegiatan membaca yang penting dilakukan dikelas.
6.     Guided Writing
Guided writing atau menulis terbimbing. Seperti dalam membaca terbimbing, dalam menulis terbimbing peran guru adalah sebagai fasilitator, yaitu membantu siswa menemukan hal yang ingin ditulisnya dengan jelas, sistematis, dan menarik. Guru bertindak sebagai pendorong bukan pengatur, sebagai pemberi saran bukan pemberi petunjuk. Dalam kegiatan ini proses writing dalam memilih topik, membuat draf, memperbaiki, dan mengedit dilakukan sendiri oleh siswa.
7.     Independent Reading
Independent reading atau membaca bebas adalah kegiatan membaca yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk menentukan sendiri materi yang ingin dibacanya. Membaca bebas merupakan bagian integral dari whole language. Dalam independent reading siswa bertanggung jawab terhadap bacaan yang dipilihnya sehingga peran guru pun berubah dari seorang pemrakarsa, model, dan pemberi tuntunan menjadi seorang pengamat, fasilitator, dan pemberi respon.
8.     Independent writing
Independent writing atau menulis bebas bertujuan untuk meningkatkan kemampuan menulis, meningkatkan kebiasaan menulis, dan meningkatkan kemampuan berpikir kritis dalam menulis. Dalam menulis bebas siswa mempunyai kesempatan untuk menulis tanpa ada interfensi dari guru. Siswa bertanggung jawab sepenuhnya dalam proses menulis. Jenis menulis yang termasuk dalam independent writing antara lain menulis jurnal, dan menulis respon. Jika akan menerapkan pendekatan ini, Anda mulailah perlahan-lahan. Jangan mencoba menerapkan semua komponen sekaligus karena akan membingungkan siswa. Cobalah dengan satu komponen dulu dan perhatikan hasilnya. Jika siswa telah terbiasa menggunakan komponen tersebut, baru kemudian dicoba diterapkan komponen yang lain.  




BAB III
PENUTUP
A.   Kesimpulan
Penerapan pendekatan whole language dapat meningkatkan kualitas proses Pembelajaran  antara lain dengan meningkatnya Jumlah siswa yang aktif dalam kegiatan apersepsi maupun dalam kegiatan pembelajaran;  Jumlah siswa yang mampu berinisiatif dalam menyelesaikan tugas yang diberikan guru;  Jumlah siswa yang sudah mampu bekerja sama dan kompak dalam kelompok. Keterampilan guru dalam mengelola kelas.




DAFTAR PUSTAKA
Goodman. (1991). Organizing for whole language.Purtsmouth NH Heinemann

Alwasilah, A. Chaedar dan Furqanul Aziz.(1994). Pengajaran bahasa
komunikatif, teoridan praktek.Bandung: Remaja RosdaKarya


Ling, P. (2012). The “Whole Language” Theory and Its Application to the Teaching of English Reading.English Language Teaching, 5 (3), 147-152. Diperoleh 11 Januari 2013 dari http://www.ccsenet.org/journal/index.php/elt/article/download/15274/10338.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar